LAPORAN
PRAKTIKUM
MENGUKUR
PANJANG DAN PERCEPATAN GRAFITASI
KONSEP DASAR IPA II
Dalam fisika, pengukuran merupakan salah satu syarat yang
tidak boleh ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat
penting untuk selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang
dipelajari. Mengapa demikian?
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi
pengukuran atau mengukur itu sendiri. Mengukur adalah membandingkan suatu
besaran dengan besaran lain yang telah disepakati.
Misalnya untuk mengukur
panjang suatu kabel maka kita bisa menggunakan meteran. Dalam hal ini besaran
yang dibandingkan adalah panjang dari kabel tersebut. Sedangkan besaran
pembandingnya adalah meteran. Meteran merupakan alat ukur besaran panjang yang
satuannya telah disepakati. Dengan demikian jika nilai hasil perbandingan kedua
besaran tersebut menunjukkan bahwa panjang kabel itu ternyata 1,5 kali lebih
panjang dari ukuran satu meteran dapat dikatakan bahwa panjang kabel yang
terukur adalah 1,5 meter.
Mengukur itu sangat penting untuk dilakukan. Mengukur dapat
dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu permasalahan
secara kuantitatif. Dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar
pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari
data-data yang mendukungnya.
Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data
numerik yang menunjukkan pola-pola tertentu sebagai bentuk karakteristik dari
fenomena atau permasalahan tersebut. Dengan demikian, maka dapat dihasilkan
suatu kesimpulanyang bersifat kualitatif berdasarkan pola-pola yang dihasilkan
oleh data-data kuantitatif tersebut.
Dengan salah satu argumentasi di atas, sudah dapat kita
ketahui betapa penting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika.
Maka tidak ada alasan bagi para fisikawan bahkan mahasiswa untuk mengabaikannya
dalam setiap riset-riset mereka.
Dalam
kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan pengukuran, misalnya untuk membuat pakalan, maka panjang kain yang harus
diperlukan diukur dengan mistar atau rolmeter. Seorang ibu yang membeli harus
di warung, penjual menimbang beras dengan neraca, dalam hal inii menimbang
memiliki arti mengukur massa.
Sejak
jaman dahulu orang telah melakukan pengukuran, seperti mengukur luas tanah,
mengukur massa badannya, dan mengukur selang waktu antara matahari terbit
sampai tenggelam. Mengukur merupakan yaitu proses membandingkan suatu besaran
yang diukur dengan besaran tertentu yang telah diketahui atau ditetapkan
sebagai acuan. Pada pengukuran yang berbeda kita mungkin membutuhkan
alat/instrumen yang berbeda pula.
Alat-alat ukur panjang yang dipakai
untuk mengukur panjang suatu benda antara lain mistar, jangka sorong, dan
mikrometer sekrup.
1.
MISTAR
Penggaris merupakan alat pengukuran dan alat bantu gambar
untuk menggambar garis lurus. Ada berbagai macam penggaris, dari mulai yang
lurus sampai yang berbentuk segitiga (biasanya segitiga siku-siku sama kaki dan
segitiga siku-siku 30 ° -60 °). Penggaris dapat terbuat dari plastik, logam,
berbentuk pita dan sebagainya. Juga ada penggaris yang bisa dilipat.
Penggaris merupakan alat untuk mengukur garis, dan merupakan alat yang digunakan dalam geometri, teknik menggambar, mencetak dan rekayasa / bangunan untuk mengukur jarak dan / atau menggambar garis lurus. Penggaris bentuknya adalah sejajar digunakan untuk menggaris baris, Tetapi biasanya penggaris juga berisi garis dikalibrasi untuk mengukur jarak.
Dulunya penggaris terbuat dari Gading yang digunakan oleh
periode Peradaban Lembah Indus sebelum 1500 SM . Penggalian di Lothal (2400 SM)
telah menghasilkan satu penggaris seperti dikalibrasi berukuran sekitar 1 / 16
di (1,6 mm). Ian Whitelaw menyatakan bahwa pengaris Mohenjo-Daro dibagi menjadi
unit yang sesuai dengan 1,32 pada (33,5 mm) dan ini ditandai dalam subdivisi
desimal dengan akurasi yang luar biasa, untuk kedalaman 0,005 di (0,13 mm).
Batu bata kuno yang ditemukan di seluruh wilayah memiliki dimensi yang sesuai
dengan unit-unit.
Terdapat
berbagai jenis mistar sesuai dengan skalanya di sekitar kita. Mistar dengan
skala terkecil 1 mm disebut mistar berskala mm. Mistar dengan skala terkecil cm
disebut mistar berskala cm. Mistar mempunyai tingkat ketelitian 1 mm atau 0,1
cm.
Mistar/penggaris berskala terkecil 1
mm mempunyai ketelitian 0,5 mm. Ketelitian pengukuran menggunakan
mistar/penggaris adalah setengah nilai skala terkecilnya. Dalam setiap
pengukuran dengan menggunakan mistar, usahakan kedudukan pengamat (mata) tegak
lurus dengan skala yang akan diukur. Hal ini untuk menghindari kesalahan
penglihatan (paralaks). Paralaks yaitu kesalahan yang terjadi saat membaca
skala suatu alat ukur karena kedudukan mata pengamat tidak tepat.
2.
JANGKA SORONG
· Sejarah Alat
Penemunya
adalah vernier caliper Caliper awal yang telah ditemukan di Yunani Giglio
karam dekat pantai Italia. Kapalmenemukan tanggal pada abad 6. BC. Sepotong
kayu yang sudah tetap fitur dan yg dpt bergerak rahang. Meskipun jarang
menemukan, caliper tetap digunakan oleh Yunani danRoma.Pada jaman dinasti Han
(202 BC - 220 AD), orang Cina juga menggunakan caliper geser,yang mereka yang
terbuat dari tembaga dan diproduksi setiap alat dengan prasasti padahari,
bulan, dan tahun ini telah dibuat (sesuai dengan nama dan Cina era mereka
kalender lunar).Vernier caliper yang modern, untuk membaca sebuah
thousandths inch, telah jadian olehAmerican Yusuf R. Brown pada 1851. Brown
Sharpe Nya dan diresmikan benar presisi perusahaan manufaktur di Amerika
Serikat. Itu adalah pertama praktis untuk pengukurantepat yang dapat dijual
dengan harga dalam jangkauan machinists biasa.
· Definisi Jangka sorong
Adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus milimeter . Terdiri dari dua bagian, bagian
diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung
pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat.Sebagian keluaran terbaru
sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog,umumnya tingkat
ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01untuk yang
diatas 30cm.
Jangka sorong (vernier caliper)
adalah suatu alat ukur panjang yang dapat digunakan untuk mengukur panjang
suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Jangka sorong digunakan pula untuk
mengukur panjang benda maksimum 20 cm. keuntungan penggunaan jangka sorong
adalah dapat digunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam
sebuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung.
·
BAGIAN ALAT DAN FUNGSINYA
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur
diameter, dimensi luar suatu benda, dan dimensi dalam suatu benda. Jangka
sorong memiliki 2 bagian, yaitu rahang tetap yang fungsinya sebagai tempat
skala tetap yang tidak dapat digerakkan letaknya, dan rahang sorong yang
fungsinya sebagai tempat skala nonius dan dapat digeser-geser letaknya untuk
menyesuaikan dan mengukur benda. Jangka sorong ini dapat mengukur dengan
ketelitian hingga 0,1 mm.
·
CARA PENGGUNAAN
Kegunaan jangka sorong adalah:
ü untuk mengukur suatu benda dari sisi
luar dengan cara diapit;
ü untuk mengukur sisi dalam suatu
benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,maupun lainnya) dengan cara diulur
ü untuk mengukur kedalamanan
celah/lubang pada suatu benda dengan cara"menancapkan/menusJangka
sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus
milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan
hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun
alat.
Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan bacaan
digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk
jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang diatas 30cm.
Dan jangka sorong merupakan suatu alat pengukuran yang cepat
dan relatif teliti untuk mengukur diameter dalam, luar dan dalam suatu tabung,
yang memiliki bentuk seperti gambar 1 di bawah ini.
Adapun penggunaan jangka tersebut, adalah sebagai berikut :
-
Mengukur
Diameter Luar Benda
Cara
mengukur diameter, lebar atau ketebalan benda:Putarlah pengunci ke kiri, buka
rahang, masukkan benda ke rahang bawah jangka sorong, geser rahang agar rahang
tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.
-
Mengukur
Diameter Dalam Benda
Cara
mengukur diameter bagian dalam sebuah pipa atau tabung : Putarlah pengunci ke
kiri, masukkan rahang atas ke dalam benda , geser agar rahang tepat pada benda,
putar pengunci ke kanan.
-
Mengukur
Kedalaman Benda
Cara
mengukur kedalaman benda : Putarlah pengunci ke kiri, buka rahang sorong hingga
ujung lancip menyentuh dasar tabung, putar pengunci ke kanan.
·
Cara pembacaan skala
jangka sorong yaitu :
Mula-mula
perhatikan skala nonius yang berimpit dengan salah satu skala utama. Hitunglah
berapa skala hingga ke angka nol. Pada gambar, skala nonius yang berimpit
dengan skala utama adalah 4 skala. Artinya angka tersebut 0,4 mm.ukkan"
bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.Umunya bahan jangka
sorong terbuat dari besi stainless dan ukuran harus sesuai dengan ukuran
standard yang diisyaratkan. Dalam bangunan umumnya jangka sorong adalah alat
yang sangat penting dipergunakan dalam pengukuran diameter besi.
·
Cara Pemakaian Jangka Sorong Manual :
Untuk pengukuran diameter besi dapat
dilakukan dengan cara sbagai berikut:
1. Tempatkan besi pada bagian ujung
alat jangka sorong
2. Lakukan pergeseran skala geser
hingga diameter besi sudah tepat bersinggungan dikedua sisi bagian ukur jangka
sorong.
3. Kuncikan alat pengunci pada skala
geser.
4. Untuk mendapatkan nilai diameter
besi dapat dilihat sebagai beikut. Lihat angka di skala diam dimana tepat
dikiri angka nol skala geser (titik A). Kemudian lihat angka diskala geser
dimana tepat garis bersinggungan dengan garis diskala diam (titik B).
5. Maka nilai dimeter besi adalah A +
(0.01 x B).
·
Prinsip Kerja Jangka
Sorong
Jangka sorong terdiri dari dua skala
yaitu skala utama dengan skala terkecil dalam milimeter (1mm = 0,1 cm) dan
skala nonius.
Sepuluh skala utama memiliki panjang
1 cm, dengan kata lain jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah 0,1
cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, dengan kata lain
jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu
skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1
mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Gambar skala utama (atas) dan skala
nonius (bawah)
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi x = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm. DenganDketelitian jangka sorong adalah : ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung.
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi x = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm. DenganDketelitian jangka sorong adalah : ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung.
Prinsip utama menggunakan jangka
sorong adalah apabila kunci yang terdapat pada jangka sorong dilonggarkan, maka
papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran
objek yang hendak diukur panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit
diantara 2 penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat
ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm
(0,1cm) kemudian menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai
seperseribu cm (0,001cm).
·
Kalibrasi Jangka Sorong
Jangka sorong dikalibrasi dengan
cara mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap. Apabila rahang geser
berada pada posisi yang tepat di angka nol, yaitu angka nol pada skala utama
dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus, maka
jangka sorong tersebut sudah terkalibrasi dan siap digunakan.
·
Prosedur Pengukuran Jangka
Sorong Mengukur diameter luar suatu benda
a. Membuka rahang jangka dengan cara
mengendorkan sekrup pengunci, menggeser rahang geser jangka sorong kekanan
sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang
geser dan rahang tetap).
b. Letakkan benda yang akan diukur
diantara kedua rahang.
c. Menggeser rahang geser kekiri
sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang sekaligus
mengunci sekrup pengunci.
d. Membaca dan mencatat hasil
pengukuran.
·
Mengukur kedalaman suatu
benda/tabung
a. Meletakkan tabung yang akan diukur
dalam posisi berdiri tegak.
b. Memutar jangka (posisi tegak)
kemudian meletakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung yang akan diukur
dalamnya.
c. Menggeser rahang geser kebawah
sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar tabung.
d. Mengunci sekrup pengunci
e. Membaca dan mencatat hasil
pengukuran
·
Cara Pembacaan Hasil
Pengukuran Jangka Sorong
Mula-mula perhatikan skala utama
yang berhimpit dengan angka nol pada skala nonius. Dari gambar ditunjukkan
bahwa skala utama berhimpit diantara angka 4,7 cm dengan 4,8 cm.
Selanjutnya perhatikan skala nonius
yang segaris dengan skala utama. Dari gambar ditunjukkan pada angka 4.
Perhatikan pembagian skala pada
skala nonius, apabila skalanya dibagi menjadi 10 bagian yang sama maka hasil
pengukuran skala nonius dikali dengan 1/10mm. Apabila dibagi menjadi 20 bagian
maka dikali dengan 1/20mm, dan apabila dibagi menjadi 50 bagian maka dikalikan
dengan 1/50 mm.
setelah diketahui skala utama serta skala noniusnya maka hasil pengukurannya adalah jumlah keduanya. Dari contoh dapat dibaca hasil pengukuranya sebesar:
setelah diketahui skala utama serta skala noniusnya maka hasil pengukurannya adalah jumlah keduanya. Dari contoh dapat dibaca hasil pengukuranya sebesar:
Hasil
= Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong) =
Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm)
x
= 0,005 cm (tiga desimal), maka hasil pembacaan pengukuranDKarena (xo) harus juga dinyatakan dalam 3 desimal.
Tidak seperti mistar, pada jangka sorong yang memiliki skala nonius, Anda tidak
pernah menaksir angka terakhir (desimal ke-3) sehingga anda cukup berikan nilai
0 untuk desimal ke-3. sehingga hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat
anda laporkan sebagai :
Panjang
L = xo ¬+ xD
Maka,
hasil pengukurannya menjadi :
4,7
cm + (0,4 x 0,01) cm = 4,7 cm + 0,004 cm = 4,704 cm
Jadi,
L = (4,704 + 0,005) cm
·
Macam-Macam Jangka Sorong
Adapun
jenis-jenis jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur panjang adalah
seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
·
Janka
sorong manual
·
Jangka
sorong digital
No
|
L (m)
|
T = (s)
|
g =
|
(g - g )
|
|
1.
|
60 cm
|
T =
= 1,31 s
|
g =
=
=
= 13,79
|
= 13,79 – 10,125
= 3,665
|
=
= 13,43
|
2.
|
50 cm
|
T =
= 1,16 s
|
g =
=
=
= 14,66
|
= 14,66 – 10,125
= 4,535
|
=
= 20,566
|
3.
|
40 cm
|
T =
= 1,15 s
|
g =
=
= 11,92
|
= 11,92 – 10,125
= 1,795
|
=
= 3,22
|
4.
|
30 cm
|
T =
= 96 s
|
g =
=
=
=
0,00128
|
= 0,00128 – 10,125
= - 10,1237
|
=
= 102,48930169
|
Kesalahan Mutlak Pengukuran
∆g =
=
=
=
=
= 3,4119393312308
Kesimpulan
:
Kesalahan
mutlak yang terjadi pada percobaan yang kita lakukan sebanyak empat kali
percobaan dalam mengukur percepatan gravitasi pada suatu tempat dengan ayunan
sederhana adalah 3,4119393312308
NO
|
BENDA
|
HASIL
|
||
MISTAR
|
JANGKA SORONG
|
MIKROMETER SKRUP
|
||
1.
|
RING
|
Diameter = 2,2 cm
|
Diameter = 22
+ 0,20 = 22,20 mm
|
Diameter = 22 + 0,25 =22,25 mm
|
Tebal = 0,2 cm
|
Tebal =
3 + 0,47 = 3,47 mm
|
Tebal = 2,5 + 0,10 = 2,6 mm
|
||
2.
|
MUR
BESAR
|
Diameter = 1,4 cm
|
Diameter = 14
+ 0,1 = 14,1 mm
|
Diameter = 13,5 + 0,39 = 13,89 mm
|
Tebal = 0,7 cm
|
Tebal =
7 + 0,20 = 7,20 mm
|
Tebal =
7 + 0,22 = 7,22
mm
|
||
3.
|
MUR
KECIL
|
Diameter = 1,2 cm
|
Diameter = 12
+ 0,40 = 12,40 mm
|
Diameter = 11
+ 0,26 = 11,26 mm
|
Tebal = 0,5 cm
|
Tebal =
6 + 0,9 =
6,9 mm
|
Tebal = 6 + 0,10
= 6, 10 mm
|
Kesimpulan :
Dalam
mengukur tiga buah benda yaitu Ring, Mur besar, dan Mur kecil dengan
menggunakan alat ukur panjang yaitu Penggaris atau Mistar, Jangka Sorong dan
Mikrometer Skrup hasilnya berbeda. Melihat dari hasil ketelitiannya Mikrometer
Skrup lebih teliti dibandingkan dengan
Mistar dan Jangka Sorong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar